Asal kalian tau Sebenarnya Mandi Malam itu bukan penyebab Rematik loh..'ini gue dapet laporan dari Iptek dan kesehatan.
MITOS yang selama ini menyebutkan sering mandi pada malam hari akan menyebabkan rematik hanya sekadar rumor. Menurut Ketua PB Ikatan Reumatologi Indonesia, dr. Harry Isbagio, tidak ada hubungan langsung antara mandi malam hari dengan penyakit rematik.
"Mandi malam hari hanya sebagai pemberat saja, artinya dengan mandi malam hari penyakit rematiknya akan semakin parah, itu karena yang bersangkutan memang sudah terkena rematik," kata ahli rematik ini pada simposium rematik yang diadakan oleh Boehringer Ingelheim Pharma Services di Jakarta, Sabtu (6/12).
Selain itu ia juga menyangkal mitos yang beredar di masyarakat bahwa makanan tertentu dapat menimbulkan penyakit rematik. Sampai saat ini, lanjutnya, penyebab pasti yang menimbulkan penyakit rematik belum diketahui, ini sekaligus merupakan kesulitan dalam penemuan obatnya. Penyebab umum yang sering melanda pasien ini ada sekitar 100 jenis dan masing-masing bervariasi antara satu pasien dengan pasien yang lain.
"Tetapi pada pasien penyakit rematik yang belum diketahui sebabnya, bagaimana pun juga membutuhkan obat untuk mengurangi rasa nyeri dan peradangan sehingga bisa beraktivitas seperti biasa," tambahnya.
Harry Isbagio yang juga Kepala Sub Bagian Reumatologi RSCM, Jakarta ini mengungkapkan bahwa penyakit rematik ini bisa menyerang siapa saja dan di segala usia termasuk balita dan anak-anak. Pada anak-anak umumnya disebabkan oleh inflamasi (peradangan) berbeda dengan yang terjadi pada orangtua yang sebagian besar disebabkan oleh pengeroposan," paparnya.
Berdasarkan pengalamannya, selama ini setiap tahun sekitar 1.600-1.800 kasus baru yang berobat jalan di RSCM, tetapi hasil penelitian di daerah menunjukkan pada orang dewasa sekitar 20-22 persen dalam masa hidupnya pernah mengalami gangguan tulang dan sendi. Selama ini pengobatan untuk penyakit jenis ini banyak menimbulkan efek samping seperti yang ditunjukkan oleh hasil penelitian di Malang, Jawa Timur beberapa waktu lalu.
Efek samping penggunaan obat anti inflamasi ini adalah blooding (pendarahan) bahkan pada beberapa kasus ada yang sampai menyebabkan kematian. "Yang menarik ternyata penyebab pendarahan tersebut adalah karena pasien membeli sendiri obat-obatan tanpa pengetahuan dokter," kata dr. Harry sembari mengingatkan masyarakat agar berhati-hati membeli obat. Kebiasaan selama ini, lanjutnya, jika terasa sakit si pasien pergi ke dokter. Jika merasa enak, maka dengan inisiatif sendiri membeli obat serupa dan meminumnya seperti anjuran dokter sebelumnya tanpa konsultasi terlebih dahulu. Ini kebiasaan yang berbahaya dan harus dihilangkan, katanya.
Movi-cox
Ia menjelaskan, umumnya pengobatan rematik menggunakan obat-obat NSAID (non-steroid anti-inflammatory drugs). Namun dengan pengobatan ini sering timbul efek samping yang serius seperti pelubangan, ulkus (bernanah) serta perdarahan saluran pencernaan. Sebab cara kerja obat antiinflamasi ini menekan semua prostaglandin dan pemicu rasa nyeri tapi sekaligus juga menekan prostaglanding yang diperlukan untuk kerja faal tubuh seperti ginjal, saraf dll.
Namun kini, Harry yang didampingi Julius Heru S, Group Product Manager Boehringer Ingelheim Indonesia mengatakan kini telah tersedia obat baru hasil terobosan teknologi canggih yang dapat menghilangkan efek samping tersebut. Produk baru dari Boehringer Ingelheim yang berkantor pusat di Jerman ini dinamakan Movi-cox (meloxicam).
Movi-cox ini merupakan NSAID "selective Cox2 inhibitor". Jadi, cara kerja obat ini adalah hanya menekan prostaglandin yang menyebabkaninflamasi (peradangan) dan nyeri sehingga efek sampingnya dapat ditekan. Berbagai hasil penelitian membuktikan bahwa dengan pengobatan ini mempunyai efektifitas anti inflamasi yang lebih baik dibanding peroxicam dalam efek samping gastro intestinal.
Menurut Julius Heru, harga di pasaran untuk obat jenis ini masih rendah 10 persen dibanding obat sejenis yang kini telah beredar. Untuk kemasan 7,5 mg harganya Rp 1.300 sedangkan yang 15 mg harganya Rp 2.100. "Movi-cox ini cukup diminum satu kali sehari," katanya. (tg/mur)
Selain itu ia juga menyangkal mitos yang beredar di masyarakat bahwa makanan tertentu dapat menimbulkan penyakit rematik. Sampai saat ini, lanjutnya, penyebab pasti yang menimbulkan penyakit rematik belum diketahui, ini sekaligus merupakan kesulitan dalam penemuan obatnya. Penyebab umum yang sering melanda pasien ini ada sekitar 100 jenis dan masing-masing bervariasi antara satu pasien dengan pasien yang lain.
"Tetapi pada pasien penyakit rematik yang belum diketahui sebabnya, bagaimana pun juga membutuhkan obat untuk mengurangi rasa nyeri dan peradangan sehingga bisa beraktivitas seperti biasa," tambahnya.
Harry Isbagio yang juga Kepala Sub Bagian Reumatologi RSCM, Jakarta ini mengungkapkan bahwa penyakit rematik ini bisa menyerang siapa saja dan di segala usia termasuk balita dan anak-anak. Pada anak-anak umumnya disebabkan oleh inflamasi (peradangan) berbeda dengan yang terjadi pada orangtua yang sebagian besar disebabkan oleh pengeroposan," paparnya.
Berdasarkan pengalamannya, selama ini setiap tahun sekitar 1.600-1.800 kasus baru yang berobat jalan di RSCM, tetapi hasil penelitian di daerah menunjukkan pada orang dewasa sekitar 20-22 persen dalam masa hidupnya pernah mengalami gangguan tulang dan sendi. Selama ini pengobatan untuk penyakit jenis ini banyak menimbulkan efek samping seperti yang ditunjukkan oleh hasil penelitian di Malang, Jawa Timur beberapa waktu lalu.
Efek samping penggunaan obat anti inflamasi ini adalah blooding (pendarahan) bahkan pada beberapa kasus ada yang sampai menyebabkan kematian. "Yang menarik ternyata penyebab pendarahan tersebut adalah karena pasien membeli sendiri obat-obatan tanpa pengetahuan dokter," kata dr. Harry sembari mengingatkan masyarakat agar berhati-hati membeli obat. Kebiasaan selama ini, lanjutnya, jika terasa sakit si pasien pergi ke dokter. Jika merasa enak, maka dengan inisiatif sendiri membeli obat serupa dan meminumnya seperti anjuran dokter sebelumnya tanpa konsultasi terlebih dahulu. Ini kebiasaan yang berbahaya dan harus dihilangkan, katanya.
Movi-cox
Ia menjelaskan, umumnya pengobatan rematik menggunakan obat-obat NSAID (non-steroid anti-inflammatory drugs). Namun dengan pengobatan ini sering timbul efek samping yang serius seperti pelubangan, ulkus (bernanah) serta perdarahan saluran pencernaan. Sebab cara kerja obat antiinflamasi ini menekan semua prostaglandin dan pemicu rasa nyeri tapi sekaligus juga menekan prostaglanding yang diperlukan untuk kerja faal tubuh seperti ginjal, saraf dll.
Namun kini, Harry yang didampingi Julius Heru S, Group Product Manager Boehringer Ingelheim Indonesia mengatakan kini telah tersedia obat baru hasil terobosan teknologi canggih yang dapat menghilangkan efek samping tersebut. Produk baru dari Boehringer Ingelheim yang berkantor pusat di Jerman ini dinamakan Movi-cox (meloxicam).
Movi-cox ini merupakan NSAID "selective Cox2 inhibitor". Jadi, cara kerja obat ini adalah hanya menekan prostaglandin yang menyebabkaninflamasi (peradangan) dan nyeri sehingga efek sampingnya dapat ditekan. Berbagai hasil penelitian membuktikan bahwa dengan pengobatan ini mempunyai efektifitas anti inflamasi yang lebih baik dibanding peroxicam dalam efek samping gastro intestinal.
Menurut Julius Heru, harga di pasaran untuk obat jenis ini masih rendah 10 persen dibanding obat sejenis yang kini telah beredar. Untuk kemasan 7,5 mg harganya Rp 1.300 sedangkan yang 15 mg harganya Rp 2.100. "Movi-cox ini cukup diminum satu kali sehari," katanya. (tg/mur)
1 komentar:
baru tau nih
sekop poker
sekop 88
poker 88
poker 88 domino
poker online
capsa online
ceme online
domino online
judi kartu online
Posting Komentar